Tari “Kuluh Rami”, Hantarkan SSBS Balangan Raih Tiga Penghargaan di Tapin Art Festival

PARINGIN (eMKa) – Tari berjudul Kuluh Rami berhasil membawa Sanggar Seni Banua Sanggam (SSBS) Balangan sebagai juara I dalam ajang Tapin Art Festival 2025 yang digelar di Rantau, Kabupaten Tapin, pada 2–3 Agustus 2025.

Tidak tanggung-tanggung, selain bawa trophy juara I SSBS juga sabet dua penghargaan lainnya meliputi Penata Tari Terbaik dan Penata Iringan Terbaik.

Tari Kuluh Rami menjadi sorotan karena mengangkat tema permainan tradisional anak Banjar, seperti inggrang nyiur, bekalayangan, cuk cuk bimbi, bebonekaan, hingga tali ulai.

Penata tari SSBS, Septa Restiana, melalui gerak dan iringan musik yang dinamis, pihaknya ingin membangkitkan kembali ingatan akan suasana riang masa kecil di kampung halaman.

“Kami ingin merangkul kembali keceriaan masa lalu. Kuluh Rami artinya kebersamaan yang penuh tawa dan semangat anak-anak ketika bermain,” ujarnya kepada wartawan, Senin (4/8).

Proses kreatif tari ini bebernya dilakukan dalam waktu cukup singkat, hanya tiga minggu. Tantangan utamanya adalah waktu latihan yang terbatas karena sebagian besar penari dan pemusik merupakan pelajar dan pekerja aktif. Meski begitu, kolaborasi yang solid membuat proses berjalan lancar.

Sementara, penata musik Palui Banaran menambahkan bahwa komposisi iringan dibuat menyerupai atmosfer permainan tradisional—penuh riuh tawa, tepuk tangan, dan langkah kaki kecil.

“Kami ingin musiknya bisa membangkitkan memori penonton akan suara khas masa kecil. Bukan sekadar mengiringi, tapi membawa suasana,” ujarnya.

Lebih dari sekadar penampilan seni, Kuluh Rami menjadi upaya edukatif untuk memperkenalkan kembali permainan tradisional sebagai bagian penting dari warisan budaya sekaligus pendidikan karakter. Di tengah derasnya arus digitalisasi, karya ini menjadi pengingat bahwa budaya lokal masih relevan dan bisa dikemas secara kreatif.

“Permainan tradisional mengajarkan kebersamaan, kejujuran, sportivitas. Nilai-nilai itu perlu terus ditanamkan, dan seni bisa menjadi media yang efektif,” ucapnya.

Prestasi SSBS ini tak hanya membawa nama harum Balangan di kancah seni daerah, tapi juga menjadi penanda bahwa inovasi dan semangat pelestarian budaya lokal masih hidup di tangan generasi muda. (dri./jrx).


Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *